Kosolven
(Hertyn Frianka,090653456)
Kelarutan atau solubilitas adalah suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan besarnya
kelarutan, sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang
ada pada zat terlarut-pelarut dan resultan interaksi zat terlarut-pelarut.
Dalam besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi
yang dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan
setimbang dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan
yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang
seharusnya pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak
larut, keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang
dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan lebih mudah larut daripada
kristal besar, sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tumbuh dengan
akibat kegagalan kristalisasi. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat
fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh
faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil
bergantung pada terbaginya zat terlarut.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat
murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan
lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol
dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air.
Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang
sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang
benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated)
yang metastabil. Proses pelarutan yang melibatkan interaksi solut dengan
solut, solven dengan solven, dan solut dengan solven terdiri dari tiga tahap,
yaitu
Tahap
pertama menyangkut pemindahan suatu molekul zat dari zat terlarut pada
temperatur tertentu. Kerja yang dilakukan dalam memindahkan satu molekul dari
zat terlarut sehingga dapat lewat ke wujud uap membutuhkan pemecahan ikatan
antar molekul-molekul berdekatan. Proses pelepasan ini melibatkan energi
sebesar 2W22 untuk memecah ikatan antar molekul yang berdekatan dalam kristal.
Tetapi apabila molekul melepaskan diri dari fase zat terlarut, lubang yang
ditinggalkan tertutup, dan setengah dari energi diterima kembali, maka total
energi dari proses pertama adalah W22.
Tahap kedua
menyangkut pembentukan lubang dalam pelarut yang cukup besar untuk menerima
molekul zat terlarut. Energi yang dibutuhkan pada tahap ini adalah W11.
Bilangan 11 menunjukkan bahwa interaksi terjadi antar molekul solven.
Tahap ketiga penempatan molekul zat terlarut
dalam lubang pelarut. Lubang dalam pelarut yang terbentuk pada gambar 2,
sekarang tertutup. Pada keadaan ini, terjadi penurunan energi, selanjutnya akan
terjadi penutupan rongga kembali dan kembali terjadi penurunan energi
potensial.
Campuran pelarut untuk melarutkan zat
tertentu banyak digunakan untuk membuat larutan obat. Kosolven dapat dipandang
sebagai modifikasi polaritas dari sistem pelarut terhadap zat terlarut atau
terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi tidak mudah diduga dari
masing masing pelarut dalam sistem campuran. Pada kondisi tertentu, zat mempunyai kelarutan tertentu pula. Kemampuan
berinteraksi antara solut dan solven sangat tergantung pada sifat solut maupun
sifat solven, yang dipengaruhi efek kimia, elektrik maupun struktur. Kelarutan
suatu zat juga bergantung pada struktur molekulnya seperti perbandingan gugus
polar dan gugus non polar dari molekul. Semakin panjang rantai non polar dari
alkohol alifatis, semakin kecil kelarutannya dalam air. Kelarutan zat terlarut
dalam pelarut juga dipengaruhi oleh polaritas atau momen dipol pelarut.
Pelarut-pelarut polar dapat melarutkan senyawa-senyawa ionik serta
senyawa-senyawa polar lainnya.
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan
zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya :
kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut
ditambahkan larutan NaCl jenuh. Salting in adalah adanya zat terlarut
tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih
besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan
yang mengandung Nicotinamida. Kosolven
adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu melarutkan
atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat, cara ini disebut kosolvensi. Cara
ini cukup potensial dan sederhana dibanding beberapa cara lain yang digunakan
untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas suatu bahan. Penggunaan kosolven
dapat mempengaruhi polaritas sistem, yang dapat ditunjukkan dengan pengubahan
tetapan dielektrikanya.
Kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol
dan glikofural telah rutin digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan
obat dalam larutan pembawa berair. Pada beberapa kasus, penggunaan kosolven
yang tepat dapat meningkatkan kelarutan obat hingga beberapa kali lipat, namun
bisa juga peningkatan kelarutannya sangat kecil, bahkan dalam beberapa kasus
penggunaan kosolven dapat menurunkan kelarutan solut dalam larutan berair. Efek
peningkatan kelarutan terutama disebabkan oleh polaritas obat terhadap solven
(air) dan kosolven. Pemilihan sistem kosolven yang tepat dapat menjamin
kelarutan semua komponen dalam formulasi dan meminimalkan resiko pengendapan
karena pendinginan atau pengenceran oleh cairan darah. Akibatnya, hal ini akan
mengurangi iritasi jaringan pada tempat administrasi obat.
1 comments:
Peristiwa cosolvensi terjadu pada apa ya jawabannya
Posting Komentar