Minyak ikan
Ikan sangat bermanfaat terutama bagi konsumsi
manusia serta berguna pula sebagai bahan dalam produksi makanan. Dalam industri
makanan, ikan yang digunakan hanya bekisar sekitar 78% dari total ikan yang
ditangkap, sementara itu 21% sisanya yang merupakan sampah ikan menjadi limbah
dari proses industri makanan. Besarnya jumlah sampah ikan seperti kulit, tulang
dan sirip yang dibuang yaitu sekitar 7,3 juta ton per tahun membuat diadakannya
penelitian mengenai adanya manfaat dari limbah ikan tersebut dan hasilnya
ditemukan kebanyakan dari limbah tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai
bahan bioakif yang memiliki potensi seperti gelatin, kolagen, dan minyak ikan
yang kemudian banyak digunakan dalam berbagai industri.
Kebanyakan hasil dari produksi daur ulang limbah ikan memiliki nilai ekonomi
yang rendah. Penelitian baru-baru ini sedang mengidentifikasi sejumlah komponen
bioaktif dari protein ikan, kolagen dan gelatin, minyak ikan, tulang ikan,
organ dalam ikan, sisik ikan dan cangkang crustacea. Pada umumnya, keuntungan
yang lebih besar diperoleh dari produksi konsumsi manusia dan keuntungan
tertinggi diduga dari komponen bioaktif yang terkandung. Komponen bioaktif ini
dapat diperoleh dengan mengekstraksi dan mem-purifed menggunakan berbagai teknologi dari mulai yang sederhana
hingga yang kompleks, beberapa komponen merupakan hasil preparasi dan isolasi
dari bioaktif peptida, oligosakarida, asam lemak, enzim, mineral larut air, dan
biopolimer untuk aplikasi bioteknologi dan farmasetika.
Selain itu, beberapa komponen bioaktif ini memiliki
potensial nutrasetika yang menguntungkan bagi kesehatan manusia. Penemuan
teknologi baru dalam komponen bioakif yang berasal dari laut sehingga
menghasilkan suatu produk, membawa banyak keuntungan dan kemajuan di bidang
industri makanan laut.
Protein dari otot ikan
Tulang ikan dan beberapa limbah ikan lainnya
mengandung protein otot. Protein otot memiliki nilai nutrisi yang baik dan
mudah dicerna dengan komposisi asam amino yang seimbang. Derivat protein ikan
dari proses produksi makanan laut dapat dihidrolisis secara enzimatis untuk
memperbaiki protein. Hidrolisat protein produk makanan laut dari beberapa
spesies laut telah dianalisa memiliki nutrisi dan fungsi sebagai peptida aktif
secara biologi. Peptida yang diisolasi dari berbagai hidrolisat protein ikan
menunjukkan aktivitas biologi antara lain sebagai antihipertensi, antioksidan,
dan immunomodulator. Pengujian secara enzimatis peptida otot ikan menunjukkan
aktivitas antikoagulan dan antiplatelet berdasarkan hasil uji in vitro.
Minyak ikan dari lemak
ikan
Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak
kaya manfaat.Minyak ikan mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid/PUFA)
di dalamnya akan membantu proses tumbuh kembang otak (kecerdasan), serta
perkembangan indra penglihatan dan sistem kekebalan tubuh bayi dan balita.
Selain itu, minyak ikan mengandung vitamin A dan D, dua jenis vitamin yang
larut dalam lemak dengan jumlah tinggi. Manfaat vitamin A yaitu membantu proses
perkembangan mata, sedangkan vitamin D untuk membantu proses pertumbuhan dan
pembentukan tulang yang kuat. Kadar vitamin ini dalam tubuh ikan akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur. Umumnya kadar vitamin A dalam minyak ikan
berkisar antara 1.000-1.000.000 SI (Standar Internasional) per gram, sementara
vitamin D sekitar 50-30.000 SI per gram.
Pada prinsipnya kebanyakan semua jenis ikan dapat diolah menjadi
minyak ikan. Komposisi dan kualitas ikan merupakan faktor yang banyak digunakan
dalam menentukan karakteristik produk. Pemisahan substansi lemak dari lemak
ikan ini merupakan operasi utama dalam pembuatan minyak ikan.
Gambar 1. Produk minyak ikan
Ikan Tuna .
Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 - 26,2 g/100 g daging.
Lemak antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna mengandung
mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B
(thiamin, riboflavin dan niasin). Selain itu, ikan tuna mempunyai kandungan
asam lemak omega 3 yang cukup besar yaitu 2,1 gram / 100 gram ikan. Selain itu,
produksinya sangat berlimpah di Indonesia dengan berbagai jenis.
Ikan Hiu ( Cod Fishes )
Merupakan
sumber terbesar sebagai bahan baku pembuatan minyak ikan yang dikenal dengan Cod
Liver Oil. Ikan hiu dapat diklasifikasikan sebagai ikan berlemak walaupun kandungan
lemaknya 0,3%. besar kandungan lemak ini tergantung pada jenis ikan dan musim.
Umumnya lemak ikan hiu terdistribusi pada tubuh ikan tersebut.
Pembuatan minyak ikan dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi
lemak ikan dengan menggunakan pelarut yang sesuai, seperti pada ekstraksi
minyak ikan dari ikan tuna menggunakan pelarut n-heksan.
Penggunaan Tulang Ikan
sebagai sumber potensial kalsium
Gambar
2. Produk kalsium
Tulang ikan telah diidentifikasi sebagai sumber
penting dalam produk makanan laut yang dapat digunakan dalam produksi kalsium.
Mengingat besarnya jumlah tulang yang dibuang dari proses industri makanan
laut, tulang-tulang ikan tersebut dapat digunakan sebagai sumber kalsium
inorganik yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi biomedis dan industri
pangan. Komponen organik dari tulang ikan terdiri dari 30% kolagen dimana
komponen inorganiknya terutama terdiri dari kalsium fosfat dan hidroksipati
yang berkisar antara 60-70%. Kalsium inorganik
dapat digunakan untuk melindungi susu bubuk atau produk makanan lainnya.
Dalam sebuah studi, dilaporkan bahwa analisis dari sampah
udang sebagai mineral terkandung sebesar 3000mg/100g kalsium. Tidak hanya
kalsium tetapi juga fosfor yang juga merupakan mineral penting. Hasil
penelitian melaporkan bahwa peptida tulang ikan (FBP) II dapat menghambat
pembentukan garam Ca yang tak larut pada pH netral. Selama periode eksperimen,
retensi Ca meningkat dan hilangnya mineral tulang menurun setelah diberi FBP II
pada ovarium tikus. Jumlah total Ca pada femoral, massa jenis mineral tulang
serta kekuatan tulang meningkat secara signifikan dengan diet FBP II setara
dengan diet kasein fosfopeptida. Berdasarkan penelitian, ikatan kalsium
fosfoprotein seperti osteokalsin, fosvitin dan kasein fosfoprotein terutama terdiri dari serin, threonin,
alanin, dan tyrosin residu fosforilasi atau berikatan dengan Ca.
Tongchan et al (2009) telah melakukan penelitian
efek dari kalsium yang ada dalam produk ikan pada metabolisme kalsium di tikus.
Asupan kalsium yang meningkat menyebabkan hilangnya berat badan sebesar 9% pada
kelompok kontrol yang diamati selama tujuh minggu. Penyerapan dan meningkatnya
retensi kalsium diikuti dengan meningkatnya secara signifikan asupan kalsium.
Berat femur tikus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah suplemen kalsium
yang diberikan. Hasilnya menunjukkan bahwa bioavailibilitas tinggi senyawa
kalsium dapat dibuat dengan proses sintering dari tulang ikan.
Daftar pustaka :
Kim,
Se Kwon. 2012. Food and Nutrition
Research, Marine Medicinal Foods : Implications and Applications – Animals and
Microbes Vol 65 hal 497-507. USA : Elsevier.
0 comments:
Posting Komentar