Shellfish
Kerang-kerangan mengandung protein yang tinggi dengan kandungan
asam amino esensial yang bermanfaat dalam pemeliharaan dan pertumbuhan tubuh
manusia. Adanya kemajuan dalam pengetahuan mengenai nutrisi kerang-kerangan,
membuatnya banyak dikonsumsi di kalangan populasi yang peduli kesehatan.
Akhir-akhir ini, terdapat peningkatan jumlah penelitian mengenai aktivitas
biologi kerang-kerangan untuk pemanfaatannya sebagai bahan makanan fungsional.
Kerang-kerangan, pada umumnya dikonsumsi oleh orang
Asia dan kurang dimanfaatkan di dunia Barat. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan cara alternatif untuk
meningkatkan penggunaan sumber daya berharga yang kurang dimanfaatkan tersebut.
Beberapa aktivitas biologi yang berhubungan dengan sejumlah spesies
kerang-kerangan telah diselidiki. Bioavailabilitas dari senyawa kalsium pada kulit
kerang telah diketahui.
Kalsium oksida disiapkan dengan pembakaran kulit kerang pada 1200°C. Tingkat
kemurniannya kurang lebih 98,5%, Reaksi kimia senyawa-senyawa kalsium, CaCl2
dan CaHPO4, disiapkan untuk pengujian lebih lanjut.
Efek gelatin peptida pada kulit kerang untuk absorbsi
kalsium telah diuji secara in vitro dan in vivo, menggunakan tikus dengan
defisiensi kalsium. Untuk tujuan tersebut, gelatin peptida kulit ikan disiapkan
menggunakan hidrolisis enzimatis gelatin kulit selama 4 jam dengan Tuna Pyloric Caeca Crude Enzyme (TPCCE). Percobaan in vitro mengungkapkan
bahwa terjadi absorbsi kalsium kurang lebih 70% lebih tinggi pada gelatin ikan,
yang berasal dari kelompok dengan perlakuan khusus dibandingkan dengan kontrol.
Pada uji in vivo dilakukan pada tikus dengan defisiensi kalsium, tikus diberi
makan 3% peptida dan CaHPO4 yang secara signifikan meningkatkan
jumlah kalsium dan kekuatan tikus. Hasil ini menunjukkan bahwa kalsium yang
berasal dari ikan berpotensi meningkatkan bioavailabilitas kalsium. Lebih dari
itu, senyawa-senyawa kalsium yang diperoleh dari kombinasi kulit kerang dan
gelatin ikan dapat digunakan sebagai
sumber diet kalsium yang efektif.
Tabel.
Efek Penambahan Peptida Gelatin Kulit Ikan pada Berat Badan, Pasokan Makanan,
dan Rasio Efisiensi Makanan pada Tikus dengan Defisiensi Kalsium
Berat Badan Akhir (g)
|
Pasokan Makanan (g)
|
Penambahan Berat Badan (g)
|
REM*
|
|
Defisinsi Ca
|
195,0 ± 6,25
|
15,78 ± 0,25
|
3,79 ± 0,20
|
0,24 ± 0,15
|
Control
|
333,1 ± 7,55
|
18,14 ± 0,65
|
7,05 ± 0,35
|
0,39 ± 0,02
|
CaCl2
|
323,6 ± 4,84
|
19,34 ± 0,52
|
6,30 ± 0,27
|
0,33 ± 0,01
|
CaHPO4
|
336,1 ± 8,68
|
18,79 ± 0,30
|
6,85 ± 0,35
|
0,36 ± 0,02
|
CaCl2+FGH1%
|
292,9 ± 9,92
|
17,83 ± 0,41
|
4,93 ± 0,43
|
0,28 ± 0,02
|
CaHPO4+FGH1%
|
287,5 ± 12,59
|
16,56 ± 0,45
|
4,64 ± 0,69
|
0,28 ± 0,03
|
CaCl2+FGH3%
|
323,4 ± 8,19
|
18,69 ± 0,54
|
6,34 ± 0,43
|
0,34 ± 0,02
|
CaHPO4+FGH3%
|
348 ± 18,47
|
20,40 ± 0,23
|
7,47 ± 0,67
|
0,37 ± 0,03
|
*Rasio
Efisiensi Makanan (REM) : penambahan berat badan (g) / pasokan makanan (g)
(Sumber:
Kim, G.H., Jeon, Y.J., Byun, H.G., Lee, E.H. and Kim, S.K., J. Korean Fish
Soc., 31, 149-159, 1998.)
Pada penelitian yang lain, jenis kerang darah, Scapharca broughtonii, mengandung
protein yang berkhasiat antikoagulan. Protein ini memperpanjang waktu paruh
aktivitas tromboplastin dan bekerja sebagai inhibitor aktifitas koagulasi darah
faktor IXa (FIXa) pada jalur intrinsik koagulasi. Protein tersebut dapat
digunakan sebagai antikoagulan yang aman pada terapi antikoagulan untuk
mengatasi kelainan koagulasi darah.
Crustacean Exoskeletons
Crustacean Exoskeletons seperti kepiting, lobster, dan
udang mengandung, chitin dan chitosan, bahan bioaktif yang telah digunakan
dalam beberapa industri. Chitin merupakan senyawa polimer kompleks
N-asetilglukosamin, sedangkan chitosan adalah bentuk deasetilasi dari chitin.
Akhir-akhir ini, chitin oligosakarida dan chitosan oligosakarida (COSs) dengan
bobot molekul kecil, dipertimbangkan sebagai bahan fungsional fisiologis dengan
ditemukannya aktivitas biologi bahan tersebut sebagai antitumor,
imunomodulator, dan antibakteri. Setiap tahunnya, lebih dari 80.000 ton chitin
diproduksi dari sampah industri. Produksi COSs dari hidrolisis chitosan dapat
ditingkatkan dengan menggunakan metode kimia dan enzimatis. Metode kimia
membutuhkan energi yang tinggi dan pembangunan sejumlah industri kimia, yang
tentunya sangat merugikan bagi lingkungan. Oleh karena itu, metode enzimatis
lebih dipilih karena sifatnya yang tidak begitu merugikan. Metode enzimatis
lebih mahal jika dibandingkan dengan metode kimia karena penggunaan enzim.
Chitin dan chitosan dan oligomernya juga menunjukkan
berbagai macam aktivitas biologi baik secara in vitro maupun secara in vivo.
Namun, tingginya viskositas dan tidak larutnya bahan-bahan tersebut dalam pH
netral, misalnya, membatasi penggunaan chitin dan chitosan. Oleh karena itu, dibanding
menggunakan chitin dan chitosan, bentuk hidrolisis dengan berat molekul rendah
merupakan bahan yang tepat untuk beragam aplikasi biologi.
Umumnya, COSs dengan berat molekul rendah berpotensi
sebagai bahan biologis untuk melawan infeksi bakteri dan mengontrol pertumbuhan
bakteri tertentu. Perlu dicermati bahwa aktivitas biologi dari 75-90% senyawa
deasetilasi ditemukan lebih efektif dibandingkan deasetilasi kadar rendah.
Heterochitosan oligosakarida yang merupakan turunan parsial dari deasetilasi
chitosan dapat juga dipertimbangkan sebagai bahan biologis yang menjanjikan yang
berdampak positif dalam melawan kanker, radikal bebas, hipertensi, dan masalah
koagulasi darah. Perbedaan aktivitas diketahui karena adanya perbedaan struktur
yang menyebabkan perbedaan berat molekul sehingga berpengaruh pada tingkat
kelarutan dan tinggi-rendahnya laju reaksi.
FIKRI ADRI, 0906531374
Sumber : Kim, Se-Kwon. Mendis, Eresha. Shahidi, Fereidoon. Marine Fisheries By-Product as Potensial
Nutraceutical: An Overview.
0 comments:
Posting Komentar