TEORI ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan
etika yang berlaku dalam kelompok para pelaku bisnis dan semua pihak yang
terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan para kompetitor. Etika itu
sendiri merupakan dasar moral, yaitu nilai-nilai mengenai apa yang baik dan buruk
serta berhubungan dengan hak dan kewajiban moral. Seperti yang dikatakan
Velasquez pada tahun 2005 dimana, Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Dalam etika bisnis
berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku bisnis. Etika
bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang
mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar
kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan
prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi
Yaitu kemampuan
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik
untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan
bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan
kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak,
kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan
Bahwa tiap orang dalam
berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing,
artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Agar semua pihak
berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang
kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini merupakan
dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis
mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan
perusahaan terbaik.
Di samping 5 prinsip
diatas, dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa hal yang juga perlu
diperhatikan, antara lain adalah:
- Pengendalian
diri
- Pengembangan
tanggung jawab sosial (social responsibility)
- Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
- Menciptakan
persaingan yang sehat
- Menerapkan
konsep “pembangunan berkelanjutan”
- Menghindari
sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
- Mampu
menyatakan yang benar itu benar
- Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
ke bawah
- Konsekuen
dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
- kembangkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
- Perlu
adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan.
Penerapan etika bisnis
sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar bebas dimana
perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan dengan kekuatan
perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki kekuatan yang lebih
terutama mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan Teknologi.
Ada mitos bahwa bisnis
dan moral tidak ada hubungan. Bisnis tidak dapat dinilai dengan nilai etika
karena kegiatan pelaku bisnis, adalah melakukan sebaik mungkin kegiatan untuk
memperoleh keuntungan. Sehingga yang menjadi pusat pemikiran mereka adalah
bagaimana memproduksi, memasarkan atau membeli barang dengan memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya. Perilaku bisnis sebagai suatu bentuk persaingan
akan berusaha dengan berbagai bentuk cara dan pemanfaatan peluang untuk
memperoleh keuntungan.
Apa yang diungkapkan
diatas adalah tidak benar karena dalam bisnis yang dipertaruhkan bukan hanya
uang dan barang saja melainkan juga diri dan nama baik perusahaan serta nasib
masyarakat sebagai konsumen. Perilaku bisnis berdasarkan etika perlu diterapkan
meskipun tidak menjamin berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, akan tetapi
setidaknya akan menjadi rambu-rambu pengaman apabila terjadi pelanggaran etika
yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi pihak lain.
Masalah pelanggaran
etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal mendapatkan ide usaha,
memperoleh modal, melaksanakan proses produksi, pemasaran produk, pembayaran
pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga, pembajakan tenaga
professional, blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar dalam satu
tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar, penekanan upah
buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya. Ketidaketisan perilaku
berbisnis dapat dilihat hasilnya, apabila merusak atau merugikan pihak lain.
Biasanya faktor keuntungan merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku
tidak etis dalam berbisnis.
Suatu perusahaan akan
berhasil bukan hanya berlandaskan moral dan manajemen yang baik saja, tetapi
juga harus memiliki etika bisnis yang baik. Perusahaan harus dapat
mempertahankan mutu serta dapat memenuhi permintaan pasar yang sesuai dengan
apa yang dianggap baik dan diterima masyarakat. Dalam proses bebas dimana
terdapat barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitif akan banyak pilihan
bagi konsumen, sehingga apabila perusahaan kurang berhati-hati akan kehilangan
konsumennya.
Perilaku tidak etis
dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluang-peluang yang diberikan
oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan disalah gunakan
dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis.
Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses
jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku
untuk kedua perspektif baik lingkup makro ataupun mikro.
1. Perspektif Makro
Pertumbuhan suatu
negara tergantung pada efektivitas dan efisiensi sistem pasar dalam
mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan supaya sistem
dapat bekerja secara efektif dan efisien adalah:
a. Adanya hak memiliki dan mengelola properti swasta
b. Adanya kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa
c. Adanya ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan
jasa
Jika salah satu
subsistem dalam sistem pasar ini melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal
ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan mengambat pertumbuhan sistem
secara makro.
2. Perspektif Mikro
Dalam lingkup mikro
perilaku etis identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro
terdapat rantai relasi dimana pemasok (supplier), perusahaan, konsumen,
karyawan saling berhubungan dalam kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi.
Tiap mata rantai di dalam relasi harus selalu menjaga etika sehingga
kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.
1 comments:
Bacaan yang menarik dan layak di pertimbangkan sebagai referensi bagi penggelut di dunia perbisnisan, termasuk yang ingin memulai berbisnis. Semoga etika berbisnis tidak merosot.
Posting Komentar