prinsip waralaba

WARALABA
Waralaba (franhising) merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat populer di seluruh dunia. Produk-produk waralaba telah menjadi produk global. Diler mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga lainnya berkembang di seluruh dunia. Format bisnis waralaba telah memberikan fasilitas jasa yang luas bagi para diler seperti pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan pengerjaan manual, serta bimbingan pengawasan kualitas. Logo-logo dari usaha waralaba terlihat di pusat-pusat perdangan seperti di jakarta, bandung, surabaya, bahkan sampai kota-kota kecil lainnya.
Waralaba merupakan kerja sama manajemen yang biasanya berkembang dalam perusahaan ritel. Seperti telah dikemukakan, waralaba adalah persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Perusahaan yang memberi lisensi disebut franchisor atau prinsipal waralaba dan penyalur disebut franchisee atau agen waralaba. Dalam waralaba, perusahaan yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek dagang, dan prosedur penyelenggaranya secara standar. Franchisor mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek berikut ini :
a.       Pemilihan tempat
b.      Rencana pembangunan
c.       Pembelian peralatan
d.      Pola arus kerja
e.      Pemilihan karyawan
f.        Periklanan
g.       Grafik
h.      Bantuan pada acara pembukaan
Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi faktor-faktor berikut ini :
a.       Pencatatan dan akuntasi
b.      Konsultasi
c.       Pemerikasaan dan standarisasi
d.      Promosi
e.      Pengendalian kualitas
f.        Nasihat hukum
g.       Penelitian
h.      Material lainnya
Dalam kerja sama waralaba, perusahaan induk memberikan bantuan manajemen secara berkesinambungan. Keseluruhan citra, pembuatan, dan teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan franchisee. Tidak sedikit bentuk waralaba yang dilakukan oleh antar negara, misalnya McDonald’s, kentucky Fried Chicken, Pizza hut, Coca-Cola, Pepsi cola, Hoka-hoka bento, dan lain sebagainya. Bidang otomotif, misalnya diler mobil dan motor, rental mobil, suku cadang, dan pompa bensin. Di bidang lain, bentuk kerja sama ini adalah di bidang elektronik, obat-obatan, dan hotel. Di negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan beberapa nega di eropa, waralaba tumbuh cepat dan semakin meluas. Bidang-bidang yang perkembangannya cukup menonjol seperti rekreasi, hiburan, perjalanan, dan wisata mencapai kenaikan 34,1%; jasa-jasa perusahaan 30,7%; akuntansi, kredit, agen pengumpul, dan jasa perusahaan umum 21,19%; percetakan dan foto kopi 20,8%, dan jasa-jasa lainnya. Di indonesia, bentuk kerja sama yang mirip dengan waralaba namun berbeda adalah “bapak angkat” atau “kemitraan. Dalam kerja sama sistem bapak angkat atau kemitraan, kebanyakan hanya diberikan bantuan permodalan, pemasaran, dan bimbingan usaha.
                Dasar hukum dari penyelenggara waralaba adalah kontrak antara perusahaan fanchisor dengan franchisee. Perusahaan induk  dapat saja membantalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama melanggar persyaratan yang telah ditetapkan dalam persetujuan.
                Secara umum, persyaratan yang dikemukakan dalam kontrak waralaba meliputi ketentuan-ketentuan seperti pada tabel dibawah ini :








Franchisor setuju untuk :
Franchisee setuju untuk
Memberikan suatu wilayah penjualan sesuai yang berdiri sendiri kepada franchisee
Menyelenggarakan perusahaan dengan persyaratan yang diajukan oleh franchisor
Menyediakan sejumlah latihan dan manajemen perusahaan
Menginvestasikan bantuan jumlah minimum yang diberikan oleh franchisor
Memberikan barang dagangan kepada franhisee dengan harga bersaing
Membayar kepada franchisor suatu jumlah tertentu (sebagai imbalan yang tatap)
Memberikan nasihat kepada franchisee tentang lokasi perusahaan dan desain bangunan
Membangun, atau bila tidak menyediakan fasilitas perusahaan seperti yang telah disetujui oleh franchisor
Memberikan bantuan atau nasihat finansial kepada franchisee
Membeli persediaan dan material standar lainnya dari franchisor atau pemasok yang telah disetujui

Menurut Zimmerer (1996), keuntungan dari kerja sama waralaba adalah :
a.       Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlajut dari franchisor
b.      Bantuan finansial, biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi sedangkan sumber modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas
c.       Keuntungan dari penggunaan nama, merek, dan produk yang telah dikenal
Sedangkan, menurut Peggy Lambing (2000: 116-117), manfaat waralaba meliputi :
a.       Bantuan awal yang memberikan kemudahan, yaitu berupa jasa nasihat, pemilihan lokasi, analisis tata letak fasilitas, bantuan keuangan, pelatihan manajemen, seleksi karyawan, dan bantuan pelatihan
b.      Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu menyajikan prediksi dan pengujian tentang kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan
c.       Mendapatkan pengakuan dengan segera, yaitu cepat dikenal karena sudah memiliki reputasi dan pengalaman, misalnya sebulan, seminggu, bahkan hanya dalam hitungan hari
d.      Daya beli, karena merupakan bagian dari organisasi besar, maka pembayaran untuk pembelian bahan baku, peralatan, dan jasa asuransi akan relatif murah
e.      Cakupan periklanan dan pengalaman. Periklanan secara nasional dengan pengalaman yang jauh lebih baik sehingga biayanya menjadi sangat murah
f.        Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang besar, usaha waralaba memiliki metode yang lebih efisisen dalam perbaikan proses produksi
Disamping dari beberapa keuntungan doatas, kerjasama waralaba tidak selalu menjamin keberhasilan karena sangat bergantung pada jenis usaha dan kecapakan para wirausaha. Kerugian yang mungkin tejadi menurut Zimmerer yaitu :
a.       Program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan
b.      Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha franchisee

c.       Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak franchisor dengan harga yang sama

teknologi pemekatan bahan alam

TEKNOLOGI PEMEKATAN BAHAN ALAM

1.       Pengertian
Pemekatan merupakan proses peningkatan konsentrasi atau membuang sebanyak mungkin pelarut dengan cara proses vacum atau penguapan biasa, dimana akan dihasilkan ekstrak pekat yang berbentuk ekstrak kental atau ekstrak kering.
2.       Tujuan dari adanya pemekatan :
1.       Meningkatkan kadar zat aktif dalam volme yang kecil
2.       Mempermudah proses pembuatan
3.       Menghilangkan sisa pelarut
3.       Teknik pemekatan :
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan
1). Ekstrak disentrifuse
2). Pemekatan panas (evaporator, vacuum evaporator)
3). Pemekatan beku
4). Memilih kondisi yang dapat meningkatkan konsentrasi (transesterifikasi, saponfikasi)
4). Filtrasi  Membran (Ultrafiltrasi, Mikrofiltrasi)
5). Reverse Osmosis
Alat yang digunakan untuk pemekatan ekstrak yang umum digunakan adalah rotary evaporator. Digunakan untuk produksi ekstrak skala kecil sampai menengah.
http://biologi.lipi.go.id/bio_bidang/bot_indonesia/images/fitokimia/kimia_bhn_alam/rotary_evaporator.jpg
Gambar 1. Rotary evaporator
4.       Keterangan alat :
a.       Vacum evaporator, Mesin evaporator vakum (vacuum evaporator) adalah mesin yang biasa dipakai oleh untuk mengurangi kadar air suatu bahan berbentuk cair. Prinsip kerja dari mesin ini adalah tanpa pemanasan langsung, suhu bisa diatur sesuai dengan keinginan. Penggunaan suhu rendah disertai dengan vakum, akan menjaga nutrisi / gizi produk tidak hilang atau rusak. Mesin evaporator ini menggunakan tabung double jacket, sehingga panas tidak berhubungan langsung dengan produk, melainkan melalui perantara (medium) air.
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRniru1u0fDnH7BNo8YWbeOq1qzN6SH8wvxu93blEo5DF6gbi5HOQ
Gambar 2. Vacum evaporator
Beberapa contoh kasus yang menggunakan teknik pemekatan yaitu teknik Pemekatan beta-Karoten Minyak Sawit Kasar dengan Transesterifikasi dan Saponifikasi. Proses transesterifikasi adalah proses oengubahan trigliserida menjadi metilester menggunakan meranol dengan katalis natrium metoksida pada suhu 60oC selama satu jam. Akan meningkatkan total karotenoid sebanyak 1,15. Sedangkan, saponifikasi yaitu menghilangkan komponen tersabunkan dan mempertahankan komponen yang tidak tersabunkan seperti pigmen, streol dan hidrokarbon. Proses saponifikasi menggunkaan kondisi terpilih menghasilkan peningkatan total karotenoid dan beta-Karoten sebanyak 22 kali. Pada skala industri lebih sering digunakan teknik saponifikasi.
b.      Pengembangan teknologi ultrafiltrasi untuk pemekatanmikroalga,
Membran ultrafiltrasi berfungsi sebagai saringan molekul. Ultrafiltrasi memisahkan molekul terlarut berdasarkan ukuran dengan melewatkan larutan tersebut pada filter. Proses pemekatan mikroalga dengan teknologi ultrafiltrasi ini dilakukan dengan menggunakan membran ultrafiltrasi. Diagaram alir prosedur kerja dapat dilihat pada Gambar 1.

Berikut gambar alat yang digunakan :
http://tirtakalimaya.com/wp-content/uploads/2012/05/s-660-type-81.png
Gambar 4. Alat yang digunakan untuk pemakatan mikro alga
c.       Reverse osmosis
Contohnya yaitu pada proses pemekatan jus jeruk siam (Citrus nobilis L.var microcarpa) yang menggunakan metode reverse osmosis ini. Jus jeruk hasil pemekatan dengan mikrofiltrasi masih mengandung total padatan terlarut yang rendah yaitu 6,8 oBrix. Tingkat kepekatan jus ini masih perlu ditingkatkan  untuk mendapatkan konsentrat jus dengan cara mengurangi kandungan air dalam jus. Teknik yang umum dilakukan pada proses pemekatan jus adalah proses evaporasi. Kelemahan dari proses evaporasi yaitu penggunaan suhu yang tinggi dapat menurunkan kandungan gizi dan aroma konsentrat sari jeruk (Rao, 1995).
Alternatif teknik yang dapat digunakan dalam proses pemekatan jus jeruk untuk menghindari hal tersebut adalah dengan penerapan aplikasi membran Reverse Osmosis (RO). Proses RO bekerja pada temperatur operasi yang rendah sehingga membutuhkan konsumsi energi yang rendah, instalasi yang kompak dan pengoperasian yang mudah (Koseoglu et al., 1990; Alvarez et al., 2000; Girarddan Fukumoto, 2000).  Kelebihan utama dari pemekatan RO adalah menghasilkan produk berkualitas tinggi dimana nutrisi, aroma dan komponen flavor bahan yang diolah dapat dipertahankan. Kekurangan dari proses ini adalah tingkat pemekatannya lebih rendah (kurang dari 36 oBrix) dibandingkan industri jus konvensional (evaporasi) yang mampu meningkatkan kepekatan hingga 65 oBrix. Berikut ini adalah diagram jalannya proses reverse osmosis pada jeruk siam :
http://tirtakalimaya.com/wp-content/uploads/2012/05/mobile-ufro1.png
Gambar 5. Alat yang digunakan untuk reverse osmosis pada jeruk siam
d.      Hasil pemekatan
Hasil proses pemekatan dapat menjadi dua yaitu, ekstrak kental dan ekstrak kering. Hasil pemekatan ini bisa diproses menjadi bentuk granul, atau cair tergantung produk yang dibuat, untuk cair bisa melalui pengenceran dengan aquadm atau air mineral kemudian saring agar lebih homogen,  untuk granul biasa digunakan bahan pembantu untuk pembuatan granulasi basah atau granulasi kering penambahan bahan lainnya seperti pemanis, aroma, rasa lainnya dilakukan pada saat pengenceran atau granulisasi.






manajemen bencana oleh dokter

PRINSIP MANAJEMEN BENCANA OLEH DOKTER
Disaster atau bencana adalah keadaan kerusakan serius yang mengenai suatu komunitas kehidupan yang dapat mengancam atau menyebabkan kematian atau luka-luka dan juga kerusakan bangunan yang membutuhkan waktu berhari-hari dalam membangun kapasitas dan membutuhkan mobilisasi dan pengaturan khusus dari sumber daya yang ada dibandingkan keadaan yang tersedia pada keadaan normal (Bradt, Abraham, & Franks, 2003).
Kegiatan penting lain yang termasuk di dalamnya adalah mitigasi dan perencanaan, respon, serta pemulihan (Moe, 2006).
Kedokteran Kebencanaan (disaster medicine) adalah suatu pendekatan dan aplikasi yang kolaboratif terhadap berbagai disiplin ilmu kesehatan dalam upaya pencegahan, persiapan, respon, dan penanggulangan dari suatu masalah kesehatan yang terjadi akibat suatu bencana. Kerangka konsep tentang kedokteran kebencanaan dapat diilustrasikan seperti pada gambar 1 (Bradt, Abraham, & Franks, 2003).
Gambar 1: Kerangka Konsep irisan antara ilmu-ilmu kedokteran klinis, kesehatan masyarakat dan disaster management (Bradt et al, 2003).
Pembahasan tentang disaster management dalam kurikulum juga harus mencakup keseluruhan fase dalam siklus bencana.  Mahasiswa juga harus diperkenalkan dengan keseluruhan fase tersebut, baik sebelum, saat maupun setelah bencana (Ireland, Ea, Kontzamanis, & Michel, 2006)






Text Box: Manajemen RisikoText Box: Manajemen Krisis mencakup ko


 














Jones, (2001) menyatakan  bahwa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan memiliki implikasi terhadap desain dan pengembangan pendidikan kedokteran. Akibatnya, metode klasik yang selama ini digunakan untuk mengajar mahasiswa kedokteran perlu diperbarui dan ditingkatkan dalam rangka memenuhi harapan-harapan tersebut.  Dalam rangka memenuhi standar internasional, kita perlu mendidik dokter untuk memiliki pemahaman budaya lokal dan keterampilan yang diperlukan untuk mengadakan pelayanan kesehatan terkait bencana alam. Inilah 2 hal yang menjadi fokus khusus dari blok ini.
Lebih luas lagi, dapat kita amati adanya perubahan global dalam sistem pelayanan kesehatan, bergeser dari perawatan kuratif menjadi lebih ke arah preventif. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan dengan kualitas yang lebih baik (Prideaux, 2000). Tentunya tuntutan ini dapat dipenuhi salah satunya dengan cara meningkatkan kedalaman dan kualitas pendidikan kedokteran.
Blok Disaster management merupakan Blok ke 21 dari Kurikulum Ilmu Kedokteran Berbasis Kompetensi dengan metode PBL. Kegiatan Blok ini membutuhkan waktu selama 7 minggu termasuk 1 minggu untuk evaluasi, dengan muatan 5 SKS (Jamal, 2011).
Blok Disaster management ini memberikan pemahaman yang menyeluruh dan keterampilan yang tepat, praktis dan sederhana sesuai dengan jenjang akademik mahasiswa dalam bidang manajemen bencana. Blok ini juga menekankan pada pentingnya kerjasama yang baik antara profesi dokter dengan seluruh komponen masyarakat dalam manajemen bencana (Jamal, 2011).
Dengan bekal konsep pengajaran di atas, para mahasiswa diharapkan kelak akan mempunyai pola pikir yang sama bahwa di dalam penanggulangan bencana tidak mungkin profesi kedokteran bekerja sendirian namun justru kita harus berada dalam satu sistem yang mampu bekerjasama dengan siapapun. Meskipun demikian, kemampuan profesionalisme kedokteran harus tetap dikedepankan, dengan selalu meng-update ilmu dan keterampilan melalui berbagai pelatihan kelak sehingga peranan dokter akan menjadi bagian utama di dalam patient care & patient safety pada setiap penanggulangan bencana yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kalaupun harus bekerjasama dengan siapapun. (Jamal, 2011).
Prinsip Peran Profesi Dokter dalam Penanggulangan Bencana
a.      Peran Dokter dalam Keadaan Bencana
Dokter merupakan salah satu praktisi kesehatan yang sangat diperlukan dalam keadaan bencana. Peran dokter tersebut diantaranya:
·         Melakukan penanganan kasus kegawatan darurat trauma maupun non trauma (seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS)
·         Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana
·         Mendiagnosis keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban dalam triase
·         Menetapkan diagnosis terhadap pasien kegawatan dan mencegah terjadinya kecatatan pada pasien
·         Memberikan pelayanan pengobatan darurat
·         Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap bencana
·         Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan penanganan lebih lanjut
·         Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitatif

b.      Tenaga Dokter dalam Tim Penanggulangan Krisis
Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM Kesehatan, diantaranya dokter, yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA), dan Tim Bantuan Kesehatan. Berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk masing-masing tim tersebut:
a.      Tim Gerak Cepat
Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya kejadian bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri dari Dokter Umum/BSB 1 orang, Dokter Spesialis Bedah 1 orang, dan Dokter Spesialis Anastesi 1 orang.
b.      Tim RHA
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak Cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter umum minimal 1 orang dikirimkan.
c.       Tim Bantuan Kesehatan
Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasil kegiatan mereka dilapangan. Kebutuhan tenaga dokter selain yang telah tercantum diatas juga perlu disesuaikan pula dengan jenis bencana dan kasus yang ada, yaitu:
No.
Jenis Bencana
Spesialisasi Tenaga Dokter yang Dibutuhkan
1
Gempa Bumi

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anak, obsgyn, anastesi, DVI, jiwa, bedah plastik, dan forensik.
2
Banjir Bandang/ Tanah Longsor

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, pulmonologi, anak, obsgyn, anastesi, DVI, jiwa, bedah plastik, dan forensik.
3
Gunung Meletus

Bedah umum, penyakit dalam, anastesi dan ahli intensive care, bedah plastik, forensic, dan kesehatan jiwa.
4
Tsunami

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anak, anastesi, DVI, pulmonologi, kesehatan jiwa, bedah plastik, dan forensik.
5
Ledakan Bom/ Kecelakaan Industri
Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anastesi, kesehatan jiwa, bedah plastik, dan forensik.
6
Kerusuhan Massal
Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anastesi, DVI, kesehatan jiwa/psikiater, dan forensik.
7
Kebakaran Hutan
Pulmonologi dan penyakit dalam.
Tabel 2.2.1. Kebutuhan Tenaga Dokter Berdasarkan Jenis Bencana

Kompetensi Tenaga Dokter
Berikut kompetensi-kompetensi dari tenaga dokter yang dapat dimiliki untuk melakukan penanggulangan bencana:
1.      PPGD-GELS untuk Dokter (Pelatihan Penanganan Gawat Darurat-General Emergency Life Support).
General Emergency Life Support atau GELS adalah pelatihan dasar penanganan kasus gawat darurat trauma maupun non trauma bagi para dokter. Tujuannya untuk menyiapkan tenaga dokter yang kompeten dalam menangani keadaan-keadaan yang mengancam jiwa atau kecacatan. GELS dirancang dan disusun oleh Tim Pengembangan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) Departemen Kesehatan yang terdiri dari pada pakar di bidangnya pada tahun 2004. Secara umum, materi yang diberikan sebagai berikut:
a.       Materi Umum
Sistem  Penanggulangan  Gawat  Darurat  Terpadu  (SPGDT),  Geomedic  Mapping, Interpersonal Komunikasi, Peningkatan Mutu Pelayanan Gawat Darurat, Hak dan Kewajiban Dokter.
b.      Materi Penunjang
Prinsip Penanganan Bencana, Komunikasi dan Transportasi Bencana, Etika Hukum Kesehatan, Keracunan
c.       Materi Teknik Medis Utama
·         Dasar-dasar PPGD
·         Airway, Breathing, and Circulation Problem and Management
·         CPR/RJP dan Permasalahannya
·         Jenis-jenis Syok dan Penanganannya
d.      Materi Teknis Medis Spesialistik
·         Initial Assessment Trauma (ABC pada Trauma)
·         Trauma Kepala, Thoraks, Abdomen, Muskuloskeletal
·         Syok dan Tenggelam
·         Kegawatdaruratan Bayi dan Anak
·         Kegawatan Paru dan Jantung
·         Kegawatan Obgyn
·         Kegawatan Penyakit Dalam
·         Kegawatan pada Bidang Psikiatri
·         Kegawatan Neurologi

e.       Skill Station dan Simulasi
·         Skill Station Airway, Breathing, Circulation
·         Skill Station CPR/RJP
·         Skill Station Animal Lab
·         Skill Station Stabilisasi dan Transportasi
·         Skill Station Membaca Kelainan EKG dan Megacode Test
·         Skill Station Resusitasi dan Penanganan Kegawatan Bayi dan Anak
·         Skill Station Penanganan Persalinan, Distocia Bahu, dan Ekstraksi Vakum
·         Simulasi Penanganan Bencana di Posko, Lapangan, dan IGD

2.      ATLS (Advanced Trauma Life Support)
ATLS adalah sebuah program pelatihan bagi dokter medis dalam pengelolaan trauma akut, yang dikembangkan oleh American College of Surgeons. Tujuan dari program ini adalah menerapkan ilmu dan teknologi ATLS dari American College of Surgeons Committee on Trauma ke dalam sistem Pelayanan Medis Gawat Darurat yang dapat meningkatkan pelayanan dan keterampilan para dokter dalam upaya penanganan penderita trauma dengan metode ATLS. Materi yang diberikan diantaranya initial assessment and management; airway & ventilator management; shock management; trauma pada bagian tubuh tertentu, dan  trauma pada pediatric, geriatric, serta wanita; cara stabilisasi dan transportasi;,dan manajemen  dalam bencana.

3.      ACLS (Advanced Cardiac Life Support)
Pelatihan ACLS ditujukan bagi dokter umum, dokter spesialis dan perawat (terutama perawat ICU, ICCU, Unit Gawat Darurat atau Ambulans) untuk memperoleh pengetahuan, keterampilam dan sertifikasi penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan kardiovaskular. Materi yang diberikan diantaranya Bradycardia/PEA/Asystole/VF/Pulseless VT, Pharmacology, Ischemic Chest Pain/ACS,  Airway Management, Skill station (Arrhythmia Recognition, BLS/PEA & Asystole, VF & Pilseless VT, Airway management), Acute Pulmonary Edema, Hypotension & Shock, Tachycardia Algorithm, dan Megacode Team.